Kamis, 21 Maret 2013

sunda

         Kesenian Sunda terdiri dari kesenian :
             Kesenian terebang gebes berasal dari daerah Bojongbentang, desa Tanjungkerta, kecamatan Pagerageung, Tasikmalaya. Terebang gebes sudah berumur kurang lebih 83 tahun. Orang yang mau bermain terebang gebes harus bisa membuat terebang gebes sendiri, karena tidak ada yang menjualnya. Terebang gebes kuat sampai puluhan tahun.
     Bahan yang dipakai untuk membuat terebang gebes adalah pohon kelapa dan kulit kambing. Ukuran terebang gebes yamg paling besar adalah 1 m, sedangkan yang paling kecil 20 cm. Jumlah terebang gebes ada 11, mulai dari yang paling besar sampai paling kecil.
     Ciri khas pemain terebang gebes, selalu memakai celana panjang berwarna hitam, baju koko warna putih, peci hitam, dan memakai sorban. Selain memegang terebang gebes, pemain juga melantunkan sholawat. Biasanya pemain terebang gebes adalah orang tua dan sudah mahir membaca Al - Qur'an. Terebang gebes berfungsi untuk mengiringi sholawatan.
     Cara memainkan terebang gebes mengikuti irama lantunan sholawat. Terebang gebes biasanya dipertunjukan pada bulan maulid.
    Terebang gebes mula - mula diperkenalkan oleh masyarakat Bojong-bentang pada tahun 1920. Asal kesenian ini dari Istambul, Turki. Menuru sejarah, pedagang Istambul berdagang sambil memperkenalkan kesenian ini ke masyarakat yang menjadi pelanggannya.
     Pertama - tama dari India, lalu diperkenalkan ke masyarakat Indonesia. Masyarakat Bojongbentang kenal dengan terebang gebes dari masyarakat Cirebon, yang sengaja datang ke Pagerageung. Mereka sama seperti para pedagang yang menyebarkan agama Islam.
      Masyarakat Bojongbentang yang mendirikan kesenian terebang gebes adalah Nain Kadir dan Kiai Ahyar. Lalu turun temurun sampai sekarang, kesenian ini masih tetap dipelihara.

          Kesenian Tarawangsa 

 Tarawangsa merupakan salah satu jenis kesenian rakyat yang ada di Jawa Barat. Istilah "Tarawangsa" sendiri memiliki dua pengertian, yaitu : alat musik gesek yang memiliki dua dawai yang terbuat dari kawat baja atau besi dan nama dari salah satu jenis musik tradisional Sunda.
      Tarawangsa lebih tua keberadaannya daripada rebab. Naskah kuno Sewaka Darma dari awal abad ke-18 telah menyebut nama tarawangsa sebagai nama alat musik. Rebab muncul di tanah Jawa setelah zaman Islam sekitar abad ke-15—16, merupakan adaptasi dari alat gesek bangsa Arab yang dibawa oleh para penyebar Islam dari tanah Arab dan India. Setelah kemunculan rebab, tarawangsa biasa pula disebut dengan nama rebab jangkung (rebab tinggi), karena ukuran tarawangsa umumnya lebih tinggi daripada rebab.
      Awalnya, tarawangsa hanya ada di Rancakalong, namun setelah banyak masyarakat Racakalong yang menyebar, maka tarawangsa pun ikut menyebar. Siapa pun boleh belajjar memainkan tarawangsa. Kini di daerah Rancakalong, kesenian tarawangsa telah menjadi salah satu pelajaran muatan lokal di berbagai tingkat sekolah.

          Kesenian Bangreng

       Seni Bangreng adalah pengembangan dari seni "Terbang" dan "Ronggeng". Seni terbang itu sendiri merupakan kesenian yang menggunakan "Terbang", yaitu semacam rebana tetapi besarnya tiga kali dari alat rebana. Dimainkan oleh lima pemain dan dua orang penabu gendang besar dan kecil. 

Pertama kali munculnya seni terbang ini yaitu pada waktu penyebaran Agama Islam yang dilakukan oleh Wangsa Kusumah dimana seni terbang dijadikan media untuk Dawah. Sedangkan "Ronggeng" adalah sebutan bagi sipenari dan sekaligus penyanyi atau disebut pula "Nyi Ronggeng". Karena sebutannya "Nyi", maka ronggeng seorang perempuan. 

Menurut penuturan para ahli seni (seniman), seni bangreng ini berasal dari Kabupaten Sumedang dan biasa dipertunjukkan pada acara-acara hiburan dan acara khusus seperti ; ruatan rumah, mendirikan bangunan baru dan syukuran-syukuran lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar